Rabu, 26 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK “PENGAWETAN TELUR”

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGAWETAN TELUR







OLEH :
KELOMPOK I :
GORISMAN MATUALESI ( L1A1 13 009 )

KELAS A

LABORATORIUM FAKULTAS PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
         Telur merupakan salah satu hasil ternak yang dihasilkan oleh unggas. Telur memiliki  struktur fisik bagian luar berupa kerabang dan selaput kerabang. Struktur ini berperan melindungi telur dari tekanan fisik dari luar, sebagai pelindung bagi penetrasi mikroorganisme dari luar dan penghalang bagi penguapan karbondioksida dan air dari dalam. Telur dapat diawetkan dengan cara penggaraman. Pengawetan dengan penggaraman terdiri dari penggaraman kering dan penggaraman basah. Pengawetan dengan penggaraman kering yaitu cara mengawetkan telur untuk diasinkan dengan melakukan pembalutan pada telur tersebut. Telur dibalut dengan serbuk batu bata, abu gosok dan garam halus yang dicampur sedangkan pengawetan dengan penggaraman basah yaitu mengasinkan telur dengan cara merendam telur dalam larutan garam yang ditambah air kapur,  Kedua cara penggaraman ini jelas berbeda kualitasnya.
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang berfungsi dapat membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk, baik bakteri, kapang maupun khamir dengan cara menghambat, mencegah, memberhentikan proses pembusukan atau kerusakan komponen lain dari bahan pangan. Curing merupakan suatu sistem pengawetan terpadu yang mengandalkan kekuatan garam sebagai pengawet dengan bantuan kontrol mikroba secara selektif.
Pengawetan dengan fermentasi menggunakan bakteri starter Lactobacillus casei atau menggunakan yakult ditambah dengan susu bubuk.
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang berfungsi dapat mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk, baik bakteri, kapang, maupun Khamir, dengan cara mengahmbat, mencegah, memberhentikan proses pembusukan atau kerusakan komponen lain dari bahan pangan.
Curing merupakan suatu sistem pengawetan ternak yang mengandalkan kekuatan garam sebagai pengawet dengan bantuan kontrol mikroba atau fermentasi secara selektif. Kontrol mikroba dapat dilakukan antara lain dengan penambahan bahan kimia seperti nitrat, asam, dan sebagainya. Sedangkan fermentasi adalah fermentasi asam laktat.
Istilah curing digunakan jika sistem tersebut diterapkan terhadap daging dan sejenisnya, sedangkan istilah pikel digunakan jika sistem pengawetan diatas diterapkan terhadap buah-buahan dan sayur-sayuran.
Upaya yang dapat di lakukan untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan kualitas bahan pangan dapat di lakukan dengan penyimpanan pada suhu rendah, pembekuan cepat di lakukan dalam waktu kurang dari 30 menit dan suhu mencapai -240C – (-400) yang akan terbentuk kristal, sedangkan pada pembekuan lambat akan terbentuk kristal es besar dan kasar.
Dripp merupakan banyaknya air yang keluar dari daging selama penyimpanan dan tidak dapat di ikat/di serap kembali oleh sel-sel jaringan. Semakin besar kristal es yang terbentuk maka semakin banyak air yang tidak mampu di ikat kembali  sel jaringan, dripp banyak mengandung zat makanan terutama zat yang larut dalam air seperti isoleusin, leusin, lysin, methionin, triptophan dan vitamin seperti niasin, riboflavin, thiamin, primidin, asam pantotenat dan asam folat.

B.     Tujuan dan Manfaat
         Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat perubahan warna produk, untuk mengetahui daya tahan simpan produk dan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada susu yang difermentasi selama 12-14 jam pada suhu kamar, untuk mengetahui pengawetan alami pada telur, pengawetan dengan penggaraman, curing, pengawetan dengan pembekuan, pengemasan, dan pengawetan dengan pengeringan.
         Manfaat dari praktikum ini adalah yaitu melalui praktikum ini praktikan dapat secara langsung melakukan pengawetan dengan penggaraman, pengemasan, bahan kimia, fermentasi, pembekuan dan dengan pengeringan, sehingga dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta ketrampilan bagi praktikan yang dapat diterapkan dimasyarakat khususnya di bidang peternakan.









BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
Desrosier, WN. (1988). Telur asin adalah salah satu produk olahan yang prinsip proses pembuatannya adalah penggaraman.
Pilliang, (1995).Kerabang telur berfungsi melindungi telur dari tekanan fisik dari luar, penetrasi mikroorganisme dari luar yang menyebabkan kerusakan dan penghalang penguapan CO2 dan H2O.
Gaman, MP, (1992). Diantara putih telur dan kuning telur dibatasi oleh suatu lapisan yang tipis yang disebut kalaza kuning telur tersimpan di bagian pusat telur, berbentuk hampir seperti bola.
Pilliang, (1995)Umumnya komposisi daging yang mendapat proses curing sangat berbeda dari daging segar.
Lawrie, AR, (1995). Selain daripada kadar garam dari brine dan struktur mikroskopis dari urat-urat daging, ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi penetrasi garam selama proses curing
Desrosier, WN, (1998). Penambahan nitrit menghindari ketergantungan pada mikroorganisme untuk membentuknya dari nitrit, tetapi kadarnya harus tidak di atas 0,05%. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa bila semua nitrat ditambahkan selama curing secara tradisional diubah menjadi nitrit, maka kadar nitrit akan meningkat menjadi 0,25%.
Hadiwiyoto, ( 1983). Protein yangs ering digunakan dalam fermentasi bahan pangan terutama susu antara lain Lactobacillus casie, merupakan bakteri baik yang dapat menekan patogen dalam saluran pencernaan. 
Petrucci (1993) mengatakan bahwa bahan kimia nitrit dan nitrat merupakan bahan kimia yang dapat digunakan dalam pengawetan bahan pangan daging maupun bahan pangan lainnya.
Syarif (2003) mengatakan bahwa pada dasarnya prinsip dari pengawetan bahan pangan dengan bahan kimia yaitu mencegah pertumbuhan mikroba, menghentikan proses-proses pembusukan oleh mikroba pada bahan pangan.
Yuanita (2001) mengatakan bahwa protein yang sering digunakan dalam fermentasi bahan pangan terutama susu antara lain lactobacillus, yang digunakan dalam pembuatan yakult. Dipilihnya laktobacillus ini dikarenakan bakteri tersebut bakteri yang baik karena dapat menekan bakteri patogen dalam saluran pencernaan.
Lawrie, AR. (1995). pH akhir yang tinggi mengubah sifat-sifat penyerapan mioglobin, permukaan daging menjadi lebih merah gelap. Metmioglobin adalah pigmen-pigmen yang tidak disukai dan paling sering terjadi terjadi di permukaan daging, warna kulitnya akan terlihat bisa lebih kurang 60% mioglobin sudah dalam bentuk metmioglobin.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.    Waktu dan tempat
Praktikum Pengawetan Telur dilaksanakan pada hari Minggu 26 Oktober 2014 pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WITA bertermpat di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.

B.     Alat dan Bahan
            1.      Alat dan Bahan pada Praktikum Pengawetan Telur
Alat yang digunakan pada pengawetan telur dapat dilihat pada Tabel 1.     
Tabel 1.  Alat dan kegunaan pada pengawetan Telur
No.     
Alat
Kegunaan
1.     
Rak Telur
Untuk tempat menyimpan telur
2.     
Gelas Piala
Sebagai tempat cairan
3.     
Alat Pemanas
Untuk memanasi minyak
4.     
Thermometer
Untuk mengukur suhu
5.     
Sendok
Untuk mengaduk adonan
6.     
pH meter
Untuk mengukur pH
7.     
Timbangan
Untuk menimbang bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum pengawetan telur dapat dilihat pada Tabel 2.     
Tabel 2. Bahan dan jumlah pada pembuatan pembuatan chicken nugget
No.     
Bahan
Jumlah
1.     
Telur ayam Ras
3
2.     
Kapur
4 gram
3.
Minyak kelapa
1 gelas
4.     
Garam
1 bungkus




C.Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari pengawetan telur yang telah dilakukan adalah
a.       Telur dibersihkan dari kotoran – kotoran kemudian dibagi lima kelompok (A,B,C,D, dan E.
b.       Telur disimpan tanpa perlakuan/control (A).
c.       Dibuat larutan kapur, telur dicelup,diangkat dan ditiriskan (B).
d.      Minyak kelapa dipanaskan hingga mendidih, didinginkan. Setelah dingin maka telur dicelup, diangkat dan ditiriskan (C).
e.       Dibuat larutan garam 30%, telur dicelup, diangkat dan ditiriskan (D)
f.       Air dipanaskan hingga temperature 600C, telur dicelup selama 10 menit, diangkat dan ditiriskan (E).
g.      Masing – masing telur ditimbang beratnya ( berat awal ).
h.      Ditempatkan pada rak telur dan disimpan pada suhu kamar.

Catatan : pencelupan dilakukan selama 5 menit





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa bahan pangan berupa hasil ternak baik itu susu, daging maupun telur perlu diperhatikan dalam pengolahannya, pengawetannya maupun dalam penyimpanannya sebab akan mempengaruhi kualitas dari bahan pangan tersebut.



A.    Saran
         Dalam praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak ini hendaknya praktikan dapat mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Perlakuan dan pengamatan terhadap bahan pangan hendaknya dilakukan dengan teliti, baik dan benar agar dapat memperoleh hasil yang akurat.







DAFTAR PUSTAKA
 Desrosier, WN. 1988. Teknologi Pengawetan pangan. Universitas Indonesia. Jakarta

Gaman, MP. 1992. Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan. Liberty. Yogyakarta

Lawrie, AR. 1995. Ilmu Daging. Universitas Indonesia. Jakarta

Petrucci. 1993. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta

Pilliang, GW. 1995. Pengelolaan Hasil Ternak. IPB. Bandung

Purnomo. 1999. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta

Repandi. 2003. Pengolahan Hasil Ternak. Agromedia Pustaka. Jakarta

Syarif. 2005. Teknologi Penyimpanan Daging. 18 Mei 2009 http/www.google.com

Yuanita, T. 2001. Penyimpanan Pengolahan dan Pengawetan Produk Ternak. 8 Mei 2009. http/www.google.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar