Selasa, 20 September 2016

TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xyphophorus helleri)



I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Propinsi Riau memiliki keanekaragaman sumberdaya perikanan yang cukup besar baik itu perikanan air tawar maupun air laut. Ikan air tawar sebagian diproduksi dari hasil tangkapan diperairan umum, yaitu sekitar 13.807 ton atau sekitar 97,01 % dari potensi keseluruhan sebesar 14.232 ton/tahun yang telah dimanfaatkan. Sementara produksi perikanan dari hasil budidaya baru mencapai 3,1 % dari potensi yang ada sebesar 36.835 Ha. (Dinas Perikanan Tingkat I Riau, 2001).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri (Fujaya, 2004).
Secara Taksonomi, Ikan adalah makhluk hidup bertulang belakang, bernafas dengan insang, berdarah dingin, suhu tubuh sesuai dengan suhu lingkungan dan hidup di dalam air (Feliatra, 2004).
Pada banyak kasus reproduksi ikan, sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan tidak dapat berlangsung, meskipun proses vitellogenesis sudah sempurna.  Keberhasilan proses ovulasi ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses metabolisme dan kesesuaian dengan faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat untuk pemijahan, rendahnya ancaman predator dan sebagainya).  Namun demikian informasi tentang peran faktor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat terbatas.
                Perkembangan gonad ikan di pengeruhi beberapa faltor diantaranya adalah kualitas dan kuantitas makanan. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk bereproduksi. Selain protein asam lemak juga merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi perkembangan embrio pada ikan karena asam lemak merupakan penyusun membrane sel dan sebagai precursor, selain dari segi sumber energi pakan harus mengandung asam lemak jenuh. (Efrianto Dan Liviawati, 2004 ).
            Tujuan dan Manfaat
            Tujuan yang didapat dari praktikum agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumberdaya perikanan serta bagaimanan pemanfaatan sumberdaya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta perbaikannya. Sedangkan manfaatnya mengetahui aplikasi pengetahuan biologi perikanan, dimanan pengelolaan perikanan ini berhubungan dengan sumberdaya masyarakat





II. TINJAUAN PUSTAKA

 Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2  dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri  yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI, 2000).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum  kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001).
Melakukan Suatu proses reproduksi tentu dengan bertujuan untuk menghasilkan individu baru. Salah satu upaya agar populasi ikan ini tidak punah, dilakukan kegiatan budidaya dan memberikan gambaran  tentang keadaan alami ikan budidaya. Keadaan alami tersebut antara lain kondisi lingkungan ikan (habitat), kebiasaan makan (food habits), dan reproduksi ikan (biologi reproduksi). (Mariatun, 2002).
            Proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan di dasar wadah sebagai tempat permbuahan. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap memijah. Ketika telah menemukan betina yang cocok maka jantan akan berenang beriringan dengan betina dan jika ada nila jantan lain disekitarnya maka jantan tersebut akan menyerang untuk mempertahankan betinanya. Setelah itu akan terjadi proses matting (bercumbu) yang ditandai dengan ikan jantan mengejar ikan betina. Setelah betina luluh proses spowning dimulai dengan betina akan meletakan telur-telurnya pada cekungan yang telah dibuat tadi kemudian jantan melepaskan sperma pada sel-sel telur tadi. Setelah terjadi pembuahan maka jantan pergi dan betina memelihara telurnya dengan cara mememasukan kedalam mulutnya sampai telur itu menetas menjadi larva. pada betina yagn sudah berpengalaman biasanya akan tetap memelihara larvanya sampai benar – benar bisa mandiri. Selama pemeliharaan dalam mulut ikan betina akan memuntahkan telur dalam mulutnya jika dirasakan ada ancaman, kemudian jika ancaman itu telah hilang maka betina akan memunguti telurnya kemudian memasukan dalam mulutnya lagi (Kuncoro, 2003).
                Lemak adalah komponen pakan kedua setelah protein, pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah.  Tetapi proporsi lemak yang relatif rendah dengan Ω3-HUFA tinggi dapat meningkatkan kematangan gonad.  Kadar HUFA yang baik bagi ikan Clarias batrachus adalah Ω6 sebanyak 0,26% dan  Ω3 sebanyak 1,68% yang terkandung dalam kadar lemak rata-rata 5,87 g/100g bobot kering pakan (Mokoginta et al., 1995 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi karbohidrat pakan induk ikan lele adalah serat kasar 3,19%-5,83% dan kadar abu 5,02%-6,15%.


III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 November 2009 pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, di laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 2 ekor ikan pelati pedang (Xyphophorus helleri). Sedangkan alat yang digunakan aquarium yaitu wadah tempat meletakkan ikan, pena untuk penulisan data, pensil untuk menggambar, mikroskop. penghapus untuk menghapus, objek glass untuk meletakkan sampel di bawah mikroskop, gunting untuk membedah tubuh ikan, cawan petri untuk meletakkan isi makanan yang telah dikeluarkan, rol ukuran 30 cm untuk mengukur panjang dari tubuh ikan, kain lap untuk kebersihan dan buku laporan praktikum sementara untuk hasil pengamatan sementara.
3.3. Metode Praktikum
            Metode yang digunakan dalam praktikum Tingkah laku reproduksi ikan ini adalah metode dengan pengamatan langsung terhadap objek pratikum. Objek pratikum yang diteliti dan diamati adalah ciri tingkah laku ikan dengan cara mengamati gerak-gerik tubuh ikan jika bertemu lawan jenisnya hingga mengeluarkan gonadnya dari dalam tubuh masing-masing ikan yang disebut Pemijahan.
3.4. Prosedur Praktikum
            Di dalam  prosedur pratikum ini, yang pertama dilakukan adalah mengamati dengan seksama ikan tersebut pada saat dipertemukan dengan lawan jenisnya, dimana masing-masing ikan sudah matang gonad. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga ikan tersebut melakukan pemijahan. Satu hari sebanyak tiga kali pengamatan yaitu pagi (08.00-09.00), siang (11.00-12.00), sore (!5.00-16.00).













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

Dari praktikum jenis ikan yang dijadikan objek, dapat diperoleh hasil berupa gambar dan keterangan ikan sebagai berikut :

Pengamatan pertama dilakukan pada hari rabu dengan hasil pengamatan sebagai berikut :
ð                                                          Pagi (pukul 08.30)       : ikan lebih sering berenang didasar, ikan bergerak lebih tenang, ikan jantan belum mendekati betina.
ð                                                          Siang (pukul 12.00)     : ikan lebih sering dipermukaan, ikan jantan selalu mendekati ikan betina, ikan betina selalu mendekati vegetasi dan berusaha untuk menjahui ikan jantan.
ð                                                          Sore (pukul 15.00)      : Ikan berada dipermukaan daerah vegetasi, ikan jantan mendekati ikan betina, ikan jantan bergerak lebih tenang daripada sebelumnya.
4.2. Pembahasan
            Interaksi antar individu dapat mempengaruhi tingkah lau reproduksi dan fertilitas. Interaksi antara ikan jantan mempengaruhi fungsi gonad.  Mekanisme ini diatur oleh otak melalui saraf yang mengatur pelepasan GnRH sesuai dengan status sosial ikan jantan (White et al., 2002).  GnRH dikirim oleh saraf hyphotalamus ke pituitary yang mengatur proses reproduksi melalui pelepasan pituitary gonadotropin yang mengatur fungsi gonad (Sherwood, 1987 dalam White et al., 2002).
            Mineral yang penting bagi pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan mangan (Mn) (NRC, 1993 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Sedangkan vitamin E berperan penting dalam pematangan gonad.  Kandungan vitamin E dalam pakan sebesar 24,5 IU/g pakan menunjukkan hasil terbaik bagi pematangan gonad ikan Ekor kuning (Verankupiya et al., 1995 dalam Tang dan Affandi, 2001). Effendi (1997), mengatakan yang dimaksud dengan tingkat kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah. Untuk mengetahui TKG dapat dilakukan dengan 2 cara, yang pertama histology dialakukan di laboratoriium dan yang kedua morphologi bias dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Bagiann reproduksi ikan sebelum trejadi pemijahan adalah perkembangan gonad yang semakin masak, dimana selama proses reproduksi sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonat. Gonad semakin bertambah diimbangi dengan ukuran yang bertambah besar. Pertambahan berat gonad ikan betina pada umumnya 10-15% dan pada ikan jantan 5-10% dari berat tubuh.





V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

            Tingkah laku reproduksi yang dilakukan oleh individu spesies untuk keberhasilan kelangsungan hidup generasinya, tidak hanya dilakukan sebelum mijah tetapi dilakukan juga sesudah mijah bahkan sampai merawat dan melindungi telur yang telah dibuahi serta perawatan dan perlindungan terhadap larva/anak – anak ikan yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil pengamatan tingkah laku reproduksi tingkah laku ikan pada saat memijah dibagi tiga fase yaitu fase pra pemijahan, fase pemijahan, dan fase pasca pemijahan.
Tingkah laku reproduksi berhubungan erat dengan sifat ikan itu sendiri. Apakah melakukan perlindungan terhadap keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya relatif lebih banyak dibandingkan dengan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan.
Tingkah laku pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan tempat penyimpanan telur, penjagaan tempat yang berisi telur yang telah dibuahi atau yang telah berkembang, menjahui daerah pemijahan dan lain-lain.
5.2. Saran
Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Saya sebagai praktikan menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Kendala yang dihadapi karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan kemudahan dalam praktikum dan dalam penyelesaian laporan. Jadi, mudah-mudahan untuk selanjutnya saya akan berusaha agar dapat terpenuhi demi kesempurnaan penulisan berikutnya.

1 komentar:

  1. The Best Casino Apps in India | Jtmhub
    The Best Casino Apps in India 보령 출장샵 You can find 평택 출장마사지 the best Indian 양산 출장마사지 casino 나주 출장샵 sites from the list of apps available to you on JtmHub. 천안 출장샵

    BalasHapus